Jenis-Jenis Permainan Tradisional Anak-Anak Di Pulau Lombok Yang Kini Sudah Hampir Punah.
Permainan Tradisional Anak-anak di Pulau Lombok terdapat bermacam macam jenisnya.Permainan ini banyak dimainkan oleh anak anak se pulang dari sekolah atau disela sela menggembala hewan ternak.Berikut ini 7 Permainan tradisional anak-anak di Pulau Lombok.
Macam-Macam Permaianan Tradisional anak anak di Pulau Lombok.
Permainan Tradisional Gansing.
Gansing yang diperkirakan sebagai permainan tertua di Dunia juga ditemukan di Gumi Sasak – Pulau Lombok. Permainan ini bisa dimainkan secara individu dan kelompok.Permainan tradisional Gasing atau gansing pada waktu dulu merupakan permainan anak laki-laki yang bertujuan untuk melatih kelincahan dan keterampilan individu ataupun kelompok.
Dalam permainan gansing para pemain saling beradu ketangkasan dan keterampilan menggunakan teknik saat bermain gansing.Teknik bermain gasing yang harus dipelajari antara lain melempar,memukul gasing lawan.Ada dua cara untuk memainkan Gasing yaitu permainan individu dan permainan tim. Permainan individu biasanya dimainkan oleh 2 atau 3 orang pemain,sedangkan permainan gasing secara kelompok menggunakan minimal 2 orang per kelompok.
Gansing diperkirakan merupakan permainan tradisional tertua di
dunia. Hal ini terlihat dari berbagai temuan situs arkeologi di berbagai
negara. Dapat dikatakan bahwa permainan gasing ini bersifat universal artinya ada di berbagai
budaya dunia. Di masa lalu gasing terbuat dari bahan kayu keras agar gasing
tidak mudah pecah.Kayu yang digunakan diukir untuk menghasilkan gansing
berkualitas.Begitu juga bahan yang digunakan untuk membuat tali Gansing terbuat dari kulit kayu. Tali
tersebut digunakan sebagai alat untuk
memutar gansing.
Cara Bermain Gasing
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, ada dua cara dalam memainkan gasing. Cara pertama adalah permainan gansing perseorangan. Permainan gansing perseorangan ini biasanya dimainkan oleh 2 atau tiga orang. Sebelum permainan di mulai, ketiga pemain tersebut melakukan “hompimpa” yang bertujuan untuk menentukan siapa yang akan melempar gansing terlebih dahulu.
Pemain yang
kalah dalam “hompimpa” itulah yang akan menjadi pemain pertama yang melemparkan
gansing. Setelah pemain yang kalah melempar gansingnya pemain yang lain juga
ikut melempar. Gansing siapa yang putarannya paling lama itulah yang menjadi
pemenang. Selanjutnya adalah permainan gansing per grup. Permainan ini di dalam
bahasa sasak sering di sebut “mendatuan”.Yang di maksud dengan mendatuan adalah
masing-masing grup memiliki raja.Langkah- langkah permainannya sama seperti
permainan pereorangan, yang membedakannya hanyalah peran perseorangan dan peran
grup.
Permainan Tradisional Godek-Godekan.
Permainan godek-godekan merupakan salah satu jenis permainan yang ada di daerah Lombok. Godek artinya kera, sehingga godek-gadekan berarti main kera-keraan. Permainan ini dilakukan di atas pohon kayu yang banyak dahannya serta kuat dan permainan ini biasa dilakukan oleh anak-anak laki-laki yang berusia 11-17 tahun.
Namun kebiasaan dilakukan oleh anak-anak pada saat
sedang menggembala sapi, kerbau, kambing sambil menunggu binatang piaraannya
sampai dengan waktunya pulang kembali ke kandang dan biasa dilakukan pada musim
kemarau. Permainan godek-godekan tidak terkait dengan budaya kemasyarakatan,
permainan ini juga dimainkan oleh seluruh kalangan baik itu dari pegawai,
petani, pengembara maupun pemulung kayu.
Dahulu permainan ini dilakukan oleh anak-anak pengembala kerbau, sambil menunggu kerbaunya di sawah-sawah yang luas dan memiliki pohon asam (pohon bagek) karena pohon asam sangat kuat dan tidak mudah patah dan biasanya permainan ini dilakukan pada saat mondah atau istirahat di bawah pohon sambil memamah biak.
Permainan ini biasanya dilakukan pada siang hari antara
jam 11 sampai jam 12 pada saat kerbau sedang beristirahat sehabis mencari
makan. Permainan godek-godekan peserta atau pelakunya tergantung dari jumlah
kembala yang berkelompok yang biasanya berkisar 4 sampai 8 orang tergantung
besar pohon yang digunakan untuk bermain. Alat yang digunakan dalam permainan
ini adalah pohon besar dan rindang, sebilah kain temberit atau kain batik dan
tali pisan atau alit gansing.
Namun permainan godek-godekan sudah jarang digunakan oleh anak-anak
akibat dari perkembangan dari perkembangan teknologi sudah masuk di
pelosok-pelosok. Ada beberapa penyebab sehingga permainan ini jarang dimainkan
yaitu berubahnya daerah hutan, ladang menjadi daerah persawahan yang
menyebabkan pohon-pohon rindang besar ditebang, kerbau-kerbau sudah mulai
berkurang maupun sapi akibat dari larisnya satu komoditi perdagangan,
perkembangan pendidikan sudah merata di tiap pelosok anak-anak sudah mulai
terdidik bermain membuat permainan yang bermanfaat pada dirinya seperti
bermanfaat fisiknya, otaknya, dan mentalnya. Berkurang waktu luang bagi
anak-anak sekarang akibat dari berbagai macam kesibukan dari adanya penekanan
orang tua maupun guru untuk menggunakan waktu luang untuk belajar. Alat-alat
permainan yang sudah semakin modern seperti, sepak bola, bola voli, bulu
tangkis atau permainan lain yang disenangi.
Permainan Tradisional Sepok
Permainan ini biasanya
dimainkan oleh anak remaja zaman dahulu, yang bertujuan untuk mengadu
ketangkasan. Bagaimana seseorang bisa menguji ketangkasan dalam memainkan
tangan masing-masing untuk mengenai kepala lawan. Meskipun cara memainkan
permainan ini cukup sederhana akan tetapi terbilang cukup menarik. Permainan
yang melibatkan dua orang untuk mencoba saling mengalahkan dengan cara menepuk
kepala lawan sambil menangkal agar tidak mudah terkena. Begitulah gambaran
secara singkat tentang permainan sepok.
Cara Bermain Sepok
Ada dua cara dalam memainkan permainan Sepok. Caranya yaitu dengan Cara Perseorangan dan cara kedua yaitu per kelompok.Permainan dengan cara perseorangan adalah bermain dengan satu lawan satu. Kedua pemain berusaha untuk menepuk kepala satu sama lain. Permainan ini adalah permainan yang dimainkan oleh tangan, bagaimana ketangkasan dan kecepatan untuk memegang kepala lawan. Pemain yang bisa dipegang kepalanya akan kalah.
Cara kedua yaitu per kelompok. Cara mainnya juga sama dengan perseorangan yang menepuk kepala lawan. Satu hal yang menjadi pembedanya adalah anggota pemainnya yang lebih banyak. Permainannya tetap satu lawan satu, yang membedakan hanyalah jumlah pemain yang lebih dari dua orang. Dalam permainan sepok masing-masing kelompok diminta untuk memilih satu orang yang akan menjadi raja di dalam kelompok.
Cara menentukan rajanya adalah, memilih seseorang di antara kelompok yang paling lincah dan pintar dalam memainkan tangannya, badannya juga biasanya yang agak besar/tinggi yang pada saat bermain perseorangan jarang kalah. Itulah yang dipilih menjadi raja dalam permainan.Raja pada tiap kelompok adalah seseorang yang akan menjadi inti dari permainan ini.
Jika kepala raja terkena terlebih dahulu maka secara otomatis kelompoknya akan kalah. Beda dengan anggota kelompok biasa, meskipun kepalanya terkena tidaak akan menyebabkan kelompok kalah. Jika anggota kelompok yang terkena kepalanya maka hanya dia saja yang akan kalah dan berhenti untuk bermain.
Cara menghitung score para pemain adalah dengan
menghitung banyak anggota yang kalah pada saat permainan. Di mulai dari pemain
yang kalah pertama kali hingga pemain yang kalah terahir. Bagi kelompok
yang anggotanya sering kalah maka kelompok itulah yang kalah.
Sangsi dalam Permainan Sepok.
Bagi pemain yang kalah pada saat bermain maka akan di berikan sangsi. Seperti permainan- permainan pada
umumnya yang memiliki sangsi bagi pemain yang kalah. Sangsi pada permainan ini
bisa berupa apa saja tergantung kesepakatan yang sudah dibuat oleh para pemain.
Biasanya sangsi ditentukan sebelum permainan dimulai. Seperti salah satu
contohnya adalah saling gendong, saling pukul, dan lain sebagainya.
Permainan Pelagak Jengku
Pelagak jengku adalah permainan tradisional sasak yang banyak digemari
oleh anak-anak. Mengapa
demikian, karena permainan ini sangat menyenangkan dan tidak membutuhkan
peralatan. Sejak zaman nenek moyang orang Sasak hingga saat ini permainan pelagak jengku masih sering
dimainkan untuk mengisi waktu luang. Permainan ini biasanya dimainkan pada
malam hari saat terang bulan.Konon
katanya pelagak
jengku dahulu
kala adalah permainan yang bertujuan untuk mengadu ketangkasan dan mengadu
fisik.Orang-orang yang
bisa memainkannya bukan hanya anak-anak saja akan tetapi orang dewasa juga
sering memainkannya.
Cara Bermain Pelagak Jengku
Setiap permainan tentu saja memiliki cara bermain, begitupun dengan permainan pelagak jengku. Cara memainkan permainan ini terbilang cukup sederhana sehingga bisa dimainkan oleh siapa saja. Para pemain hanya bermodalkan keseimbangan dalam berdiri menggunakan satu kaki sembari mengangkat lutut. Kedua pemain saling mengadu ketangkasan dalam menjatuhkan lawan dengan sama-sama mendorong lutut satu sama lain.
Meskipun
cara permainannya cukup sederhana, bagi anak-anak ini adalah permainan yang
terbilang seru dan juga menantang. Mengangkat satu kaki sambil berdiri
merupakan hal yang sulit karena diperlukan keseimbangan yang baik. Para pemain
berdiri dengan mengangkat lutut masing-masing dan berlomba untuk saling
menjatuhkan. Siapa yang lebih seimbang akan mudah dalam memenangkan perminan
ini oleh karena itu keseimbangan adalah satu hal yang penting di dalam
permainan ini.
Aturan dan Hukuman dalam permainan pelagak jengku
Didalam permainan aturan dan hukuman adalah
hal yang sangat lazim, begitu pula dengan permainan tradisional yang satu ini.
Ada beberapa aturan yang ada di dalam permainan ini. Pertama,
pemain terdiri dari dua orang bisa laki-laki dan bisa juga perempuan. Kedua, pemain tidak boleh
terlalu sering menurunkan kaki, batas menurunkan kaki adalah tiga kali apabila
lebih dari itu maka pemain dinyatakan kalah. Ketiga, pemain yang terjatuh
pada saat mengadu lutut dinyatakan kalah. Selain aturan ada juga hukuman bagi
pemain yang kalah dalam permainan. Sanksi dalam permainan pelagak jengku biasanya sudah disepakati sebelum permainan dimulai. Salah
satu hukuman yang sering dipakai adalah pemain yang kalah wajib menggendong
pemain pemenang.
Permainan Tradisional Main Sungkit
Sungkit adalah salah satu permainan tradisional anak-anak suku sasak pada zaman dahulu. Permainan sungkit ini seringkali dimainkan pada saat musim kemarau setelah panen. Mengapa demikian, karena disaat musim kemarau biasanya ada pohon lebui dan itulah yang digunakan sebagai alat untuk bermain sungkit.
Pohon lebui dipotong menjadi dua bagian. Bagian yang pertama panjangnya sekitar 35cm dan yang kedua 12 cm. Permainan ini identik dengan permainan pukul-memuluk, akan tetapi bukan memukul orang melainkan memukul kayu. Kayu adalah alat utama yang digunakan untuk bermain pada permainan ini. Bermain sungkit bertujuan untuk menguji keterampilan, mulai dari keterampilan melempar dan lain sebagainya.
Permainan ini bisa
menggunakan perseorangan maupun perkelompok, itu tergantung dari berapa banyak
peserta yang mengikuti permainan. Adapun manfaat dari permainan sungkit yang
masih jarang diketahui oleh banyak orang adalah permainan ini bisa membantu
anak didalam berhitung karenan disaat bermain ada salah satu bagian yang
mengharuskan pemain untuk menghitung, Begitulah gambaran permainan sungkit
secara ringkas.
Cara Bermain Sungkit.
Sungkit memiliki cara permainan tersendiri, ada dua cara didalam bermain sungkit yaitu perkempok dan perseorangan. Cara yang pertama adalah perkelompok. Sebelum bermain para pemain menentukan anggota kelompok. Satu kelompok bisa terdiri dari dua orang maupun lebih.
Setelah menetapkan anggota kelompok, masing masing perwakilan dari kelompok melakukan sut. Kemudian, pihak pemenang pada saat sut memulai permainannya. Salah satu dari pemain menggali tanah untuk dijadikan sebagai lubang tempat menaruh kayu yang akan dilempar. Kedalaman lubang yang digali sekitar 10 cm.
Pihak yang menang menaruh kayu pendek di atas lubang lalu menyungkitnya kearah lawan dengan keras. Jika pihak yang kalah dapat menangkap kayu kecil maka pemain melakukan pertukaran peran. Apabila kayu yang disungkit tidak dapat ditangkap maka salah satu dari anggota kelompok melempar kearah lubang sungkit yang sudah di taruhkan kayu panjang.
Jika kayunya terkena maka dilanjutkan ke pemain kedua. Apabila tidak terkena maka pemain bisa melanjutkan permainan. Setelah menyungkit pemain menaruh kayu pendek tersebut di lubang sungkit dengan cara diberdirikan. Setelah itu pemain memukul kayu pendek hingga melayang ke atas dan langsung di pukul sejauh mungkin.
Kemanapun jatuhnya kayu yang dipukul pemain akan menghitung menggunakan kayu panjang yang dipegang. Poin pemain ditentukan dari jumlah jarak antara kayu panjang dan kayu pendek. Begitulah permainan secara terus menerus. Adapun cara kedua adalah bermain secara perseorangan. Cara bermainnya sama saja, yang membedakan hanyalah anggota dalam bermain.
Permainan Tradisional Bale Balean.
Bale-balean merupakan
salah satu permainan tradisional. Permainan ini banyak sering dimainakan oleh
anak-anak yang berasal dari kampung Gubuk Daya, Desa Denggen, Kecamatan
Selong, Kabupaten Lombok Timur.
Bale-balean berasal dari kata bale yang berarti rumah, bale-balean berarti rumah-rumahan,yang dimana pengertian yang terkandung di dalamnya adalah bermain rumah-rumahan yang disemarakkan dengan cara penganten-pengantenan (nikah-nikahan) sekaligus merupakan inti dari permaianan ini.
Permaianan bale-balean ini biasanya dilakukan pada siang atau sore hari pada musim panen. Permaianan ini sebagai hiburan dan dimainkan bersama oleh anak-anak. Nikah-nikahan dalam permainan ini tidak mengikuti aturan baku pernikahan sesungguhnya sesuai aturan adat masyarakat Sasak, tetapi hanya simbolisasi saja.
§ Peserta atau pelaku dari permainan bale-balean ini terdiri dari anak-anak laki-laki dan perempuan anatara umur 6-13 tahun, kira-kira usia anak sekolah Dasar, jumlahnya tidak tertentu, makin banyak maka akan makin meriah. Dalam permaianan ini semua anak dari semua lapisan masyarakat bermain bersama, peserta permaianan dibagi menjadi empat kelompok yaitu seorang anak laki-laki yang menjadi penganten laki-laki, dan seorang anak perempuan sebagai pengnten perempuan, pengiring (dayang-dayang) biasanya jumlahnya tidak dibatasi dan sekaha (kelompok pemain alat musik mengiringi pengantin).
Permaianan tradisional ini sesungguhnya memili
perlengkapan yang sangat banyak, sesuai dengan perlengkapan pada acara yang
sebenaranya, hanya saja permaianan ini hanya sekedar tiruan. Peralatan yang
dipergunakan dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu: Peralatan pengantin berupa
hiasan-hiasan untuk pengantin, peralatan pengiring terdiri dari bokor, piring-piringan atau
apa saja yang biasa dipakai mengatur bunga-bungan atau makan-makanan. Semua
makanan dibuat dari tanah, hanya berbentuknya makanan yang sesungguhnya, dan
peralatan gamelang berupa segala jenis alat yang berbunyi jika dipukul seperti
piring, Pengantin sebelum diarak keliling mereka dipayas (didandani)
selayaknya pengantin sungguhan. Para penonton menyambut riuh permainan ini
dengan nyanyian atau sorakan-sorakan kebahagian.
Main patok adalah suatu permainan yang dilakukan oleh anak laki-laki penggembala sapi dengan menggunakan patok kayu tongkat sebagai alatnya. Permainan ini dapat dilakukan secara perorangan dan dapat juga secara beregu. Jumlah anggota regu masing-masing regu adalah 2 sampai 3 orang. Masing-masing anggota regu menentukan penjuluqnya atau pemimpin.
Selajutnya masing-masing regu tonggak-tonggak yang akan menggunakan patok untuk bermain terlebih dahulu ditandingi pajang, besar, dan kuatnya. Bila mereka sepakat maka permainan segera dimulai. Namun untuk menentukan siapa yang akan menjadi pemain atas atau pemain bawah terlebih dahulu yang menjadi penjuluqnya melakukan sut (mengundi menggunakan simbol tangan yang disepakati yakni batu, kertas dan gunting).
Regu yang menang dalam sut
itulah yang berhak pertama kali memukul tonggak yang ditancapkan, sebaliknya
regu yang kalah sebagai regu penangkap yang tancapannya menjadi sasaran yang
akan di pukul oleh pihak pemain atas.
Adapun tata cara dalam permainan ini yaitu pertama kali yang menancapkan patoknya adalah pemenan regu paling bawah. Tancapan itu dipukul oleh regu atas dengan cara mencapkan pula patoknya sampai patok yang dipukul rebah atau terjatuh bahkan bila perlu sampai tercabut dari tancapannya. Begitu juga oleh anggota regu berikutnya, dengan cara yang sama apa yang dilakukan oleh penjuluqnya.
Kemudian pergantian pemain terjadi apabila pukulan dari penjuluqnya tidak mengenai patok lawannya atau tidak menancap di tanah (kena patok lawannya), jika tonggak tidak menancap di tanah maka terjadilah pertukaran permainan walaupun anggota regu yang lain belum mendapat giliran memukul, setelah satu dari pihak pemain atas patah, bila pukulan tidak tepat sasaran artinya yang kena pukul bukan pasangannya.
Permainan Tradisional Dangklak
Kata dengklak berarti menghentakkan kedua belah kaki secara bersamaan ke tanah. Inti dalam gerakan permainan ini adalah menghentakkan kedua belah kaki ke tanah. Permainan dengklak tidak ada hubungannya dengan perstiwa dimasa lalu. Oleh karena itu, permainan ini dapat dimainkan setiap saat yang biasa dimainkan untuk mengisi waktu senggang sekaligus sebagai hiburan.
Permainan ini dimainkan oleh anak-anak dari semua
lapisan masyarakat, tidak ada pembatasan dalam bermain baik anak bangsawan
maupun anak jajar karang bersatu dalam permainan dan permainan dangklak tidak
ada hubungan langsung dengan upacara adat atau agama. Dalam perkembangannya
permainan dangklak tidak mengalami perubahan fungsi maupun aturan-aturannya,
yang banyak mengalami perkembangannya adalah jenisnya. Menurut keterangan
informasi, permainan dangklak mempunyai beberapa jenis yaitu, dangklak kapal,
dangklak payung, dangklak kelambi, dangklak topat, dangklak kasor atau selapan,
dan dangklak siu.
Peserta dalam permainan dangklak terdiri dari dua orang atau satu lawan
satu dan biasanya permainan ini banyak diminati oleh anak perempuan. Sarana
pengadaan dalam permainan ini sangat mudah dan tidak membutuhkan banyak biaya
sehingga peralatan dan perlengkapan yang digunakan yakni katuq yang dipakai
sebagai alat utama. Katuq bisa
dari Telawe (pecahan
genteng) atau Kepeng Jembung (pecahan
piring), Batu Gepeng (batu
yang pipih). Besar katuq biasanya
± 3 cm, bentuknya bulat, persegi atau tidak beraturan, yang terpenting katuq
dapat jatuh tepat di area atau dalam garis dangklak ketika dilempar.
Adapun aturan dalam permainan dangklak yaitu siapa yang menang sut (suit) mendapat giliran main terlebih dahulu, apabila dalam bermain dapat menyelesaikan satu tahap permainan maka akan memperoleh poin satu atau sering disebut “Bale” (rumah/istana) yakni penguasa terhadap satu kotak permainan yang tidak boleh diinjak oleh lawan, kecuali ada izin.
Adapaun tatacara untuk memperoleh bale yaitu dengan melempar
katuq dengan menghadap belakang dan dimana katuq tersebut jatuh maka disanalah
tempat bale atau kotak yang akan dikuasai, sementara pihak lawan pada saat
mendapat giliran main, maka kotak atau bale tersebut diloncati dan begitu seterusnya.
Kemudian dalam pergantian pemain memiliki aturan tersendiri yaitu apabila katuq
menyentuh garis pada saat melempar katuq atau pada waktu dijalankan, katuq
jatuh di rumah lawan, katuq jatuh ketika sedang dibawa pada saat bermain, dan
katuq jatu pada kotak yang bukan sasarannya.
Permainan Tradisional Benteng
Permainan benteng adalah salah satu permainan tradisional masyarakat Sasak untuk mengadu kekuatan fisik dan berlatih kesiagaan dalam mempertahankan benteng dan mencari musuh yang akan menghancurkan benteng pertahanannya. Permainan ini tidak memiliki batasan umur atau jenis kelamin, siapapun bisa memainkannya asalkan pemain mampu memainkan permainan.
Permainan benteng merupakan permaainan tradisional masyarakat di Lombok. Namun, permainan tradisional ini juga ditemukan di berbagai daerah di seluruh penjuru negeri. Permainan benteng ini melibatkan kekuatan fisik dimana pada saat bermain tim yang kalah harus berlari memburu anggota tim lawan sementara harus tetap mempertahankan bentengnya.
Bahan-bahan yang bisa di
gunakan menjadi bentengnya bisa apa saja, seperti batu, kayu, plastik dan lain
sebagainya. akan tetapi pada umumnya bahan yang biasa digunakan adalah batu.
Batu yang disusun tinggi dan dibuat menjadi benteng pertahanan pemain. Pemain
yang kalah bertugas menjaga benteng hingga menemukan pemain yang kalah untuk
menggantikan posisinya.
Permainan benteng biasanya di lakukan oleh
banyak orang, bisa dimainkan kurang dari 10 orang atau lebih. Cara permainannya
perseorangan atau pun sendiri-sendiri tidak menggunakan kelompok. Permainan ini tidak memiliki batasan, siapapun
bisa memainkannya asalkan pemain mampu secara fisik untuk bermain. Anak kecil
hingga dewasa, baik laki-laki maupun perempuan, bisa ikut memainkan bermain.
Cara Bermain Benteng
Permainan benteng ini pada umumnya memiliki dua cara. Cara yang pertama yaitu dengan menggunakan batu bersusun dan yang kedua menggunakan satu batu. Sebelum permainan dimulai, pemain melakukan hompimpa untuk mengundi peran. Bagi yang kalah dalam undian, ia akan bertugas menjadi penjaga benteng.
Salah satu dari pemain melempar batu ke arah benteng hingga batu bersusun itu roboh. Sembari batu disusun kembali, pemain yang lain bersembunyi. Sehabis menyusun ulang batu tersebut pemain yang kalah tadi mencoba untuk menemukan pemain yang bersembunyi akan tetapi harus tetap menjaga bentengnya karena apabila dia lengah bentengnya akan diinjak oleh pemain lain.
Hancurnya benteng
akan membuatnya kembali kalah dan menjadi penjaga benteng untuk yang kedua kalinya.
Namun sebaliknya, jika dia menemukan pemain yang bersembunyi, maka pemain yang
pertama kali ditemukan itulah yang akan menjadi penjaga benteng untuk
selajutnya.
Selanjutnya adalah permainan benteng dengan cara yang kedua
yakni menggunakan satu batu. Cara permainan yang kedua ini sama saja dengan
yang pertama, hanya saja yang menjadi pembedanya adalah batu yang digunakan
untuk bermain. Jika cara yang pertama menggunakan batu bersusun atau dengan
banyak batu, maka cara yang kedua ini hanya menggunakan satu batu untuk
dijadikan benteng. Begitulah alur permainanya secara terus menerus hingga
akhir.
Posting Komentar untuk "Jenis-Jenis Permainan Tradisional Anak-Anak Di Pulau Lombok Yang Kini Sudah Hampir Punah."